Thursday, 27 September 2018

Ruang Perspektif: Cerita Tentang Toleransi dari Masyarakat Borobudur


Indonesia, negara zamrud khatulistiwa yang kaya akan kekayaan alam dan budaya melahirkan masyarakat multikultural yang sangat menjunjung tinggi kearifan lokal masing-masing. Candi Borobudur merupakan masterpiece kemajuan sosial-budaya masyarakat pada masa itu. Bayangkan saja, dulu belum ada teknologi bernama drone yang mampu mengontrol sejauh mana pembangunan mahakarya tersebut. Hasilnya pun bisa sangat simetris membentuk lotus dari atas. Suatu misteri yang tak kunjung terjawab.

Bangunan yang kokoh menggambarkan perdamaian dan kerja keras orang-orang waktu itu. Batu sebanyak itu mampu disusun dengan rapi tanpa perekat. Bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan Indonesia diakulturasikan dengan arca-arca India. Begitu mengagumkan. Pantas saja Candi Borobudur menjadi World Heritage. Warisan dunia berarti bukan lagi milik Buddha dan Indonesia, tapi milik semua umat di Indonesia. Sekecil apa pun peradaban tak patut untuk dilupakan.

Itu yang menjadi alasan mengapa aku dan teman-teman bergabung dalam Young Guardian Club Borobudur. Kami sadar, dengan ikut serta melestarikan cagar budaya sudah mampu menciptakan kepekaan sosial dalam jiwa.


Setiap dua minggu sekali kami naik ke candi untuk melakukan sosialisasi kepada pengunjung: do and don’t ketika berada di Candi Borobudur dengan menggunakan poster. Kami selalu mencoba untuk sopan ketika menegur wisatawan yang duduk di stupa. Tidak jarang kami memungut bungkus permen, tisu, dan plastik yang dibuang tidak pada tempatnya.



Terlepas dari perilaku pengunjung yang kadang kurang mengenakkan, adanya mahakarya tersebut menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menikmati wisata alam maupun budaya di lingkungan Borobudur. Candi Borobudur sendiri terletak di tempat yang mayoritas penduduknya Muslim, namun tak ada masalah bagi kami. Sebaliknya, malah mendatangkan rezeki. Penginapan penuh, kerajinan tangan dan kaos sablon yang laris manis, dan ekonomi kreatif yang berkembang. Bahkan sudah banyak cafe-cafe kece di Borobudur. Masyarakat tumbuh kreatif dengan diiringi dengan rasa toleransi yang mendalam. Sungguh indah bukan?

Toleransi bukan berarti kita harus mengikuti dan membenarkan apa yang orang lain lakukan. Bukan begitu. Toleransi means that tidak mengganggu, membiarkan orang lain dengan kepercayaannya, saling menghargai, dan tidak membenci siapa pun.


Bahkan ada orang Afghanistan yang berbicara padaku yang intinya dia iri dengan native Indonesia. Ia menganggap penduduk Indonesia sangat menghargai cagar budaya dan sangat toleransi. Di negaranya, Patung Buddha di Lembah Bamiyan dihancurkan oleh sekelompok orang.

Lihatlah, betapa besarnya ekspektasi orang luar negeri terhadap negara tercinta ini. Jangan nodai Indonesia dengan sampah-sampahmu di media sosial. Tidak menutup mata, banyak hal, tempat, prestasi Indonesia yang lebih patut di-share ketimbang ujaran-ujaran yang mengotori hati.

Iya, memang banyak yang negara ini harus benahi, tapi kalau kita saling menyalahkan, di mana muaranya? Guys, sudah saatnya kita melakukan aksi nyata untuk membangun rasa toleransi dalam segala aspek kehidupan.


It’s time to make an action. Dimulai dari hal-hal yang sederhana dengan selalu tersenyum kepada tetangga, berbagi makanan, ikut dalam perayaan hari kemerdekaan, mengajar anak-anak, dan spread positive vibes di media sosial. Oiya satu lagi, kita juga tidak sepantasnya memberi julukan kepada orang lain seperti ‘radikal’, ‘kolot’, ‘ekstrem’, ‘anti-Pancasila’ dan lain-lain. Sudah tidak sehat.

Kita tidak berhak menjuluki orang lain tanpa kita tahu seperti apa sebenarnya orang tersebut. Negara ini butuh orang-orang yang pandai, jujur, lemah lembut, tegas, sederhana, dan ramah. Kita harus bisa saling melengkapi. Boleh lah kita memberi kritik dengan bahasa yang santun dan solutif,

Kalau bukan kita, siapa lagi?
Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Ayo sebarkan kedamaian di setiap sudut kehidupan, agar hidup ini lebih bermakna.
Semua manusia sama kedudukannya di hadapan Sang Pencipta.

Thursday, 28 June 2018

Cerita dari Hutan: Menyusuri Hutan Mangrove Tapak Tugu Semarang


Sinar mentari mulai menyingsing. Pada akhir pekan, saya bersama sahabat berkendara menjauhi kota metropolitan ini. Tak ada yang menyangka jika di balik hiruk-pikuk ibukota Jawa Tengah masih tersisa kawasan konservasi mangrove nan rimbun. Tidak seperti hutan mangrove yang lain, kebanyakan sudah dirombak dan diberi spot-spot selfie. Namun, di sini benar-benar dijaga keasliannya

Hutan Mangrove Tapak Tugu terletak 17 kilometer dari pusat Kota Semarang. Normalnya dapat ditempuh dalam waktu 25 menit. Karena lalu lintas cukup padat, 45 menit kami baru sampai di tujuan. Sebagian besar orang mengenal Hutan Mangrove Tapak Tugu sebagai tempat yang liar dan tak terurus. Berbeda dengan saya. Menginjakkan kaki di sini, saya merasa seperti menemukan sebuah ‘peradaban yang hilang.


Mangrove Tapak Tugu didirikan oleh para nelayan Desa Tugurejo dibantu oleh pemerintah daerah. Kawasan pelestarian mangrove ini dibuat bukan tanpa tujuan. Selain untuk menyeimbangkan ekosistem pantai, pembuatan kawasan ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata. Objek ini baru didirikan tahun 2017 dan masih belum cukup ramai. Lokasi yang tidak jauh dari pusat kota membuat wisatawan mudah menemukannya.


Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan air payau. Pohon bakau sendiri sebenarnya hanya salah satu dari bagian jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove. Hutan mangrove berada di pantai yang berlumpur, terutama pada daratan menjorok ke laut. Lahan hutan mangrove tergenang oleh air laut secara berkala dan mendapat cukup pasokan air tawar dari darat untuk menurunkan salinitas.


Hutan mangrove dapat diklasifikasikan menjadi 6 tipe:

1. Overwash Mangrove Forest
Tipe ini biasanya terbentuk di pulau yang terpisah, tempat tumbuhnya sering dibanjiri oleh air pasang. Didominasi oleh mangrove merah yang pohonnya dapat mencapai ketinggian 7 meter.

2. Fringe Mangrove Forest
Terbentuk sepanjang garis pantai atau pulau yang terlindung dari gelombang dan arus. Wilayahnya terkena pasang-surut air laut secara periodik. Sistem akarnya terbangun sangat kokoh. Keberadaannya sangat penting sebagai pelindung garis pantai. Mangrove tipe ini tingginya dapat mencapai 10 meter.

3. Riverine Mangrove Forest
Berlokasi di sepanjang sungai maupun aliran air dan setiap harinya terkena gelombang laut. Pada wilayah ini terjadi pertemuan antara arus air tawar dari daratan dengan air laut yang nantinya membentuk sedimentasi. Ketinggian pohon dapat mencapai 18-20 meter. Riverine mangrove merupakan tipe paling produktif karena tingginya konsentrasi zat-zat nutrisi untuk tumbuhan.

4. Basin Mangrove Forest
Kelompok ini terbentuk di daerah yang lebih menjorok ke daratan. Ombak dan gelom bang membasahi daerah ini secara tidak teratur. Tipe ini merupakan penghasil kayu. Tinggi maksimum pohonnya mencapai 15 meter.

5. Hammock Forest
Mirip dengan basin mangrove forest, tetapi terletak di lokasi yang sedikit lebih tinggi. Kawasan ini jarang sekali dibasahi oleh ombak. Pohonnya yang sangat jarang tumbuh lebih dari 5 meter.

6. Scrub atau Dwarf Forest
Biasanya ditemukan pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Pohonnya berketinggian melebihi 1,5 meter. Terhambatnya pertumbuhan pada tipe ini disebabkan oleh faktor nutrisi yang sangat terbatas.

Sekitar satu jam lebih kami menanti nelayan yang akan menjalankan perahu mengelilingi Kawasan Mangrove Tapak Tugu. Perasaan sangat lega dan antusias menghinggapi kami ketika seorang nelayan turun ke perahu kecilnya. Mesin perahu dinyalakan. Kami siap menyusuri kemisteriusan Hutan Mangrove Tapak Tugu.


Pelan-pelan perahu meninggalkan dermaga. Satu perahu diisi oleh 6 sampai 7 orang. Perahu kecil ini bergoyang-goyang menyeimbangkan muatan. Ketika melihat kiri kanan yang begitu rimbun, kami merasa tidak sedang berada di Semarang, namun seperti sedang berada di pedalaman Kalimantan nun jauh di sana.

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, kemudian disusul oleh Nigeria, Meksiko, dan Australia. Pada tahun 1982, luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan 4,25 hektar. Jumlah ini menjadi 3,7 hektar pada tahun 1993. Hutan Mangrove mengalami banyak penyusutan akibat alih fungsi lahan menjadi lahan pertambakan, pertanian, dan permukiman. Hutan mangrove terluas di Indonesia terdapat di Papua (58%), Sumatera (19%), dan Kalimantan (16%).

Perahu yang kami tumpangi sering mati di tengah jalan! Apalagi ketika berhenti, perahu ini kembali bergoyang ke kiri dan ke kanani. Kami cukup merinding dibuatnya. Sambil menunggu mesin selesai diperbaiki, saya dan para penumpang yang tak lain adalah masyarakat sekitar berbincang-bincang.


Bagi mereka, keberadaan Hutan Mangrove Tapak Tugu dapat menjadi penahan abrasi dan menyejukkan udara di sekitar. Mangrove menurunkan kondisi gas karbondioksida di atmosfer. Hutan mangrove juga menarik wisatawan untuk berkunjung. Ini memberi dampak positif terhadap perekonomian warga sekitar. Keberadaan wisata ini memancing perekonomian kreatif masyarakat dan membuka lapangan kerja baru.

Selain itu, mangrove juga memiliki peranan penting terhadap ekologis yaitu sebagai penghasil nutrisi untuk organisme laut, serta menjadi tempat hidup biota laut seperti ikan, udang, burung kuntul, burung bangau, dan camar. Bahkan, hutan mangrove di Kalimantan Timur menjadi habitat bekantan.

Tak kalah menariknya, mangrove dapat diolah menjadi sirup dan obat-obatan. Jenis mangrove yang bisa dimakan antara lain pedada (Sonneratia spp), api-api (Avicennia spp), nipah (Nypa), warakas (Acrostichum auerum), tancang (Bruguiera spp), dan bakau (Rhizophora spp).

Perahu kembali dapat berjalan mendekati bibir pantai. Keluarlah kami dari kawasan mangrove tadi ke pantai lepas! Terik matahari yang kian menyengat dipadukan dengan angin kering yang melintas sukses membuat kulit kami menjadi semakin eksotis.



Tiba-tiba, perahu kami berhenti di tengah laut! Perahu mungil ini terombang-ambing. Mesin kapalnya mati. Bagaimana ini? Penumpang-penumpang perempuan lain ribut. Kami pasrah menunggu bapak nelayan memperbaiki mesin perahu kecil ini. Setengah jam berlalu, nelayan itu belum mampu menggerakkan perahu. Kami hanya mampu berdoa. Setengah jam kemudian, mesin perahu menyala. Perahu perlahan meninggalkan tengah lautan.


Kami mendarat di Pulau Tirang. Iya, Semarang memang punya pulau! Keberadaan Pulau Tirang tak lepas dari sejarah Kota Semarang karena “rang” berasal dari pulau ini. Keberadaan Pulau Tirang ini hanya menyisakan seuprit daratan. Karena adanya reklamasi di Marina dan Kendal, perputaran arus airnya bergeser dan lama kelamaan mengikis Pulau Tirang. Di sini dulunya terdapat dua sumber mata air tawar, sayang sekarang sudah menghilang. Pantai Tirang berada di belakang Bandara Internasional Ahmad Yani, jadi sambil bermain di sini kita dapat melihat pesawat-pesawat yang hendak landing. Memang tiada duanya.



Penyebab kerusakan pada ekosistem hutan mangrove antara lain karena eksploitasi kayu, ikan, dan sumber daya lain secara berlebihan sehingga keseimbangan ekosistem terganggu. Ada lagi konversi hutan mangrove menjadi lahan pertanian dan perikanan. Pembuatan tambak-tambak dilakukan dengan menebang hutan mangrove.

Penyebab kerusakan hutan mangrove yang tak kalah fatalnya adalah pencemaran. Limbah cair maupun padat yang dibuang ke hutan mangrove akan mengurangi kadar oksigen dalam air. Limbah ini juga melapisi akar pneumatofora tumbuhan mangrove. Bahan-bahan pencemar ini dapat merembes ke dalam tumbuhan. Tumbuhan yang terganggu dapat mengalami kematian. Tidak hanya limbah, pencemaran hasil pertambangan seperti minyak juga membahayakan hutan mangrove.

Untuk mencegah terjadinya kerusakan, penduduk melakukan upaya konservasi dengan melakukan penanaman mangove dan membuat semacam penahan ombak. Kami dibawa juga ke tempat pembibitan mangrove, namun sayangnya sekarang tidak bertepatan dengan pembibitan jadi kami tidak bisa praktek secara langsung.

Adzan dzuhur menggema, perahu kembali berjalan menuju ke titik awal. Fyi, belum ada tiket masuk ke sini karena masih tergolong tempat wisata alam baru. Adapun untuk menaiki perahu kecil dikenakan tarif seikhlasnya, namun hargai lah jasa nelayan yang sudah mengantarkan kita menjelajahi hutan mangrove.




Oh iya, ketika mengunjungi suatu tempat biasakan jangan nyampah’ dan merusak lingkungan sekitar.


"Kill only time,
Take only pictures,
Have only bubbles,
Keep only memories."















Thursday, 17 May 2018

TRAVELING ALA GEMBEL TRAVELER

Traveling. Aktivitas yang satu ini membuat gue kecanduan hahaha. “Enak ye lu main terus” “Dari mana elu dapet duit?” “Sama siapa? Kok berani sih?” “Gabut banget sih hidup lu!” “Mau ke mana lagi lu?” Sering banget gue dapet cibiran-cibiran tersebut. Gemesh deh :v Daripada terus bertanya-tanya, sekarang waktunya gue kupas tuntas.

MANFAAT TRAVELING VERSI GUE
Apa aja sih manfaat dari traveling? Cekidot!

1. Mendapatkan Pengalaman
Jelas kalo ini. Inget ga sama quotes “Pengalaman adalah guru terbaik”. Yups, dengan melakukan sesuatu kita akan mendapatkan banyak pelajaran contohnya dengan memecahkan setiap masalah yang datang. Gaes, kita ga hidup ga cuma mengandalkan teori, namun praktek lebih penting. Pengalaman ga cuma bisa kita dapat dari bangku sekolah.

2. Mengajarkan Kita untuk Survive
Gini lho, kita harus bisa hidup mandiri makanya harus mengatasi segala rintangan dengan ga mengandalkan orang lain. Selain itu kita belajar hidup hemat, ga cuma foya-foya doang, apalagi pake duit ortu. It’s oke kalo ortu lu kaya, tapi kan yang kaya ortu elu :v Dari kecil ortu gue ngajarin buat ngehemat uang n jangan selalu ngandalin orang. “Jadi, gimana lu dapet duitnya?” gue nulis n nyari event-event n lomba gitu, kalo menang kan lumayan. Mon maap ni ye kalo ada yang ngira gue ga ada pengorbanan buat traveling.


3. Merefresh Otak & Open-minded
Huh, setelah berlama-lama di ruang segi emat a.k.a kelas gue pasti boring, makanya gue memilih buat escaping sambil nyari ide buat nulis, gambar dll. Walau akhir ini jarang banget gambar sih. Habis traveling biasanya otak gue jadi seger lagi. Jadi ga gampang ngeluh n nyalahin orang gitu. “Hadapi, hayati, nikmati setiap masalah di hidup!” kata guru BK SMP gue.

4. Menambah Relasi
Yakali dapet dari sekolah doang. Biar kita tau gimana sih keadaan di luar sana. Selain itu bisa mempercepat datangnya sebuah informasi biar ga kudet.-kudet amat.

5. Belajar Mensyukuri Nikmat-Nya
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman:42).
Dengan melihat segala macam ciptaan Allah baik benda hidup maupun mati lantas menjadikan kita mengucapkan syukur setiap saat. Syukur karena kita diberi kesehatan, keberanian, kekuatan, kelancaran, dan sebagainya.


6. Traveling merupakan Perintah dari Allah
“Yang bener aja lu? Jangan ngasal.”Calm. Ini ada di QS Al Mulk ayat 13 yang berbunyi “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kelmbali setelah) dibangkitkan.” masih ragu buat traveling?

7. Sebagai Reward
Piye kui? Gini lho, setelah aku melakukan kegiatan yang berat dan itu berhasil, maka aku memberikan hadiah kepada diri sendiri dengan jalan-jalan. Tujuannya? Biar kita serius sama pekerjaan yang hendak diselesaikan. Hehe.

8. Belajar dari Masyarakat
Kita pake teori gelas ya, kalo gelasmu itu penuh padahal kamu pengen ngambil sesuatu, ya kosongkan dulu gelasnya. Sama kalo kita pengen dapet ilmu, ya rendahkan dulu diri kita dan dapatkan sebanyak-banyaknya. Caranya? Dengan mengamati perilaku native, ya ga semua hal yang dia lakukan itu benar. Kita kan bisa memilah. Selain itu, kita hidup ga cuma buat diri sendiri, harus ada feedback buat orang lain dong. Entah itu dengan mengajari baca tulis, sharing sama anak-anak desa atau apapun lah sesuai cara elu.



TIPS TRAVELING ALA GUE

1. Bawa Barang Seperlunya
Ga usah bawa banyak koper gaes, kita ga mau pindahan. Hitung baju yang mau dibawa berdasarkan cuaca, lama traveling, dan kemungkinan lain. Pakai baju yang warnanya netral: hitam, putih, biru dongker, cream, abu-abu. Biar apa? Kalo mau lu padankan jadi mudah hehe. Paling penting, bawa tiket, dompet, paspor, makanan dan segala yang menunjang perjalanan lu.

2. Jangan Memesan Tiket Mendadak
Biasanya harga tiket pesawat H-1 lebih mahal daripada hari lain, namun kadang nggak juga sih, hehe. Tapi gue pernah mesen tiket H-1 dan harganya 3 kali lipat lebih gede. Huhu sedihnya, menangis dompet saya. Bisa juga dicoba hunting tiket pada tengah malam weekday (Senin-Jumat). Jangan lupa bandingkan harga dengan maskapai dan aplikasi lain. Kalo perlu ni ye seumpama kita tinggal di Magelang, coba deh bandingin harga penerbangan ke tempat tujuan dari Ahmad Yani (Semarang), Adi Sutjipto (DIY), dan Adi Soemarmo (Solo). murah dari mana dan waktu terbang mana yang paling cocok.

3. Cari Tahu Daerah Tujuan
Misal kita mau ke Lombok, browsing dulu gih apa saja transportasi yang bisa digunakan di sana. Makanan khasnya apa, harganya berapa? Rute menuju ke tempat yang dituju, dll. Jadi kita bisa memperkirakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan.

4. Selalu Menghargai Native dan Hati-Hati
Waktu gue di Suku Dayak, gue menghormati apa yang mereka kerjakan. Jangan bicara seenaknya dan membuat masalah. Dan jangan manja!

5. Jangan Lupa Ibadah
Jangan sampe imanmu turun gara-gara bepergian.

6. Nikmati Setiap Objek
Nikmati gaes ketika kita menjadi bagian dari masyarakat.


Sekian tips traveling a.k.a nggembel dari gue, semoga bisa menjawab rasa penasaran kalian. “Mau ke mana lagi?” Tunggu ya, gue lagi nabung. Doain aja secepatnya.

Tuesday, 15 May 2018

Get Lost in Borneo Part 8 (The Last Part) - Sekali lagi!

23, 24, 25 Agustus 2017

Pagi yang sangat dingin untuk memulai aktivitas. Yeah antre untuk mandi dan sarapam seperti biasanya. Agenda hari ini adalah study visit! Kebetulan gue dapet jatah di SMA N 2 Bontang. Selepas mengerjakan rutinitas pagi hari, kami berkumpul di bus-bus yang telah disediakan oleh panitia.

Kami menuju ke Smada Bontang dengan riang gembira sambil menyanyi dan menari-nari. Setelah +- 30 menit perjalanan, akhirnya sampai juga di SMA N 2 Bontang. Sekolahnya Erniah hahahaha. Dia berasa lagi sekolah aja. Sampai di sana, kami langsung disambut dengan Tari Gong, tari adat Kalimantan Timur ini.

Merasa sangat tersanjung gaes. Anak-anak di sini cans n gans abeeezzz. Setelah penyambutan, rombongan Jambore Generasi Hijau 2017 dipersilakan menuju ke aula. Di sana kami disuguhi lagi tarian khas Banjar. Alhamdulillah ya, bisa lihat kek gini secara langsung. Tak lupa kami mengabadikan video dan foto bersama dengan mereka. Nice beibeh!

Setelah itu kami mengikuti talkshow mengenai lingkungan dan makan bersama dengan guru-guru serta murid-murid SMA N 2 Bontang. Kami disuguhi jajanan-jajanan pasar kayak di Jawa gitu.


Usai menikmati hidangan, kami dipersilakan mengamati lingkungan Smada Bontang. kami menuju ke markas ekskul green school. Anak-anak Smada yang tergabung dengan ekskul ini bahkan sudah mampu mengolah pupuk kompos dengan dibimbing oleh pembina mereka.

Selain itu, mereka menanam bunga dan sayur sayuran: anggrek, seledri, tomat, cabai, dan masih banyak lagi. Dan tak kalah menarik, mereka memanfaatkan sebagian selokan untuk membuat kolam lele. Hasil dari lele ini biasanya dibeli oleh guru-guru maupun pedagang. Wah keren, kecil-kecil dah bisa menghasilkan!


Selepas dari Smada Bontang, bus tidak langsung mengantar kami ke Hotel Oak Tree, namun singgah di pusat oleh-oleh Khas Kaltim. Uwww pernak pernik warna-warni Kaltim. Whyyy u are so cute hingga gue pengen beli semua. Tapi apa daya dompet :) gue cuma beli 2 sarung tenun. Gue ga pengen ngabisin duit di sini, besok gue mau ke Pasar Inpres Kebun Sayur (Pusat oleh oleh Kaltim di Balikpapan) yang katanya lebih murah n gede.


Tumben, ashar kita udah sampai di Hotel, setelah ishoma kami mulai gladi bersih buat penampilan di Pandawa Environmental Awards nanti malam. Ada hal yang bikin gue ga lupa sama sesi ini. Tapi ini privasi, gaes :)

Pandawa Environmental Awards 2017! Masing-masing regional menampilkan tarian dan nyanyian khas daerah masing-masing. Keadaan remang-remang dan ga bisa diungkapkan pake kata-kata. Pandawa Environmental Awards ditutup dengan nobar video-video aib selama Jambore Generasi Hijau 2017 :) oiya, acara ini outdoor, di dekat kolam. Romantis sekali ya teman. Setelah puas berfoto dengan siapapun, kami kembali ke kamae masing-masing dan beres-beres, cz we have to come back to Balikpapan. So sad but it’s true.




Pagi sekali, kami sudah antre mandi dan sarapan. Koper-koper kami masukkan ke bagasi bus. Ready to come back to Balikpapan! Bontang-Balikpapan paling cepet ya lima setengah jam. Gue, Fuad (Sulsel), Mambay (Jateng), Abdi (DIY), dan kawan-kawan duduk di bangku paling belakang. As always, gue di pinggir jendela. Gue cuma ngobrol sama Fuad cz lain dah mimpi indah. Hahaha. Gue niatnya juga ga mau tidur gaes sampe Balikpapan nanti. Tapi, gue ketiduran dan gue melewatkan pemandangan-pemandangan walaupun hutan sawit sama tropical rainforest :) Banayak juga hutan yang dibabat untuk pertambangan maupun perkebunan kelapa sawit. Btw, ngantuk banget, setengah 2 baru tidur dan dua atau tiga jam lagi bangun. Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Next time ya ke Bontang lagi insyaa Allah. Aamiin.


Bangun-bangun udeh sampe Samarinda aja. Ya, tinggal dua setengah jam lagi sampai di Balikpapan. OmG gue kok tadi bisa tidur lama banget :( Ya gaes Samarinda tuh emang agak kumuh, tapi gue cinta sama kota ini. Gue paling suka ketika melintasi Sungai Mahakam. Wih elok banget Masjid Islamic Center yang ada di seberang sungai sana! Duh, belum lihat pesut di Mahakam. Gue dah lewat jalan ini 4 kali :)
Balik lagi kuy.

Dua jam kemudian rombongan JGHN 2017 sampai di Bandara Sultan Muhammad Aji Sulaiman/ Sepinggan, Balikpapan. Setelah mengucap salam perpisahan, kami kembali ke rumah Nabila. Lho kok lu ga langsung pulang aja Len? Sante gaes, tiket gue masih besok. Ada banyak yang mau nginep di rumah Nabila: sebagian DIY n Jateng, Sumsel, Jambi, sebagian NTB, Aceh, dan Kalsel. Bakal rame banget nih rumah. Untung luas n Nabila baik banget. Big thanks to Nabila! Dia masih kelas 2 SMA but tinggi banget gils. Thanks terang bulan dan semuanya!

Sore harinya, gue, Rania, Dwi, Dhevi, Qibti dan Tiara hangout pake gocar ke pusat makanan khas Kaltim. Setelah itu, Si Rania, Qibti, n Tiara nge-mall. Lha gue, Dhevi, n Dwi pergi ke Pasar Inpres Kebun Sayur! Udeh dibilangin kalo banyak yang udeh tutup kalo sore kok ya masih nekad pergi ke sana :) Mmmm, ternyata bener, udah banyak yang tutup! Cuma ketemu beberapa toko aja yang masih buka. Kami cuma beli pakaian dan syal khas Kaltim. Yakali ke Kaltim ga beli tenun Kaltim? :) Harga di sini bisa murah kalo elu nawar.

Puas berbelanja, kami balik ke rumah Nabila. Malam itu kami makan banyak terang bulan, pempek, dan makanan khas lain. Makan sampe kenyang! Ga usah peduliin berat badanmu nak!


Anak-anak yang lain ga langsung tidur, eh gue langsung tidur cz dah capek banget gaes. Pagi harinya gue ngejak temen-temen gue jalan-jalan ngelilingi kompleks rumah Nabila. Tapi pada masih tidur, dibangunin susah banget yaampun. Balikpapan, selain kota yang sangat bersih, warganya juga sangat memerhatikan kesehatan tubuh mereka dengan rutin berolahraga.

Gue pergi ke Taman Tiga Generasi. Hanya sekitar empat ratus meter dari rumah Nabila. Gue jalan kaki sambil beli kuota. Oiya nasib kuota 3 ku masih banyak, namun masa berlakunya dah habis hari ini :) poor of me!

Keberangkatan gue ke Jogja masih pukul 11.30 nanti, namun pukul 10.00 gue udah stand by di Bandara Sepinggan. Pukul 11.30 lebih sedikit gue dah take off. Good bye, Borneo! See u next time!

Welcome to Jogja!
Oiya, bandara! Tempat favorit gue.
.
.
.
Big thanks to






Get Lost in Borneo Part 7 - Pupuk Kaltim n Badak LNG!

Rabu, 23 Agustus 2017

Di pagi dingin dan penuh kabut ini kami memulai hari dengan melakukan senam 'go green'. As always, senam dilakukan per kelompok dan nantinya direkam.Yay, “Kelompok 8! kelompok 8!” panggil kami sambil melengkungkan jari membentuk angka delapan. Sekejap! Kelompok 8 langsung merapat.

Setelah mendiskusikan sesuatu, kami berjalan menuju ke halaman depan Hotel Oak Tree Bontang dan bergegas senam dan merekamnya. Kami membuat variasi-variasi baru seperti shuffle dance di bridge akhir senam. Kyaaa, mantap! Dengan sangat sabar, Faisal merekamkan video senam kami hahahaha.

Puas membuang keringat dan merekamnya, kebanyakan dari peserta sarapan dulu. Hmm, tidak berubah, gue ke kamar mandi duluan hehe. Biar kaga antre! Gue nikmatin tuh kesegaran air shower yang membuat rasa panas pergi. Sebenernya gue ngelanggar aturan, kan yang bener sarapan dulu tuh, baru mandi. Hmm.

Cawwww sarapan! Di sana cuma tinggal Abdi n temen-temennya. Oiya, toh kalo gue makannya tadi kan pasti antre makan juga. Meja makan kami terletak di dekat kolam renang di lantai dua, dan gaes kalo kita ga malas memandang, pemandangan sekitar hotel dari atas sini cukup bagus! Ye walau didominasi sama hutan gitu. Maklum lah hotelnya berada di perbatasan daerah Bontang dan Santan. Mon maap juga ye sinyal juga sangat susah :) kartu 3 gue yang kuotanya masih berapa puluh giga bener-bener ga bisa digunain di sini! Untung, gue sedia kartu telkomsel di dompet :) itu pun isinya cuma 3 giga! Habis dalam 5 hari.

Maaf ya Dek Oki, kita jadi ga ketemu gegara kamu ngehubungin aku tapi aku ga bisa cek karena kuota habis :) Why aku ga nanya password wifi hotel ya. Ga kepikir gaes soalnya padat banget kegiatan Jambore Generasi Hijau 2017. Duh jadi kangen Bontang nih. Back to topic! Seusai sarapan dan mandi, kami ngumpul di depan bus guna study visit ke PT Pupuk Kaltim dan PT Badak LNG atau NGL? Ah sama saja gaes.

Mendarat di PT Pupuk Kaltim. Ooh ini toh yang sering muncul di tipi n koran. Alhamdulillah bisa masuk dan belajar secara langsung di tempat ini. Suatu kehormatan bagi gue untuk mendengarkan speaker yang menjelaskan secara langsung apa saja kandungan dari pupuk dan cara pengolahannya. Setelah itu kami dibagi menjadi tiga kelompok yang masuk ke dalam 3 bus yang secara bergantian kan mengelilingi kompleks pengolahan pupuk ini. Gue kelompok ke tiga! Itu artinya.. masuk ke kloter terakhir sambil menunggu kelompok lain usai, kami berfoto-foto ria dan menyanyikan yel-yel. Luv dah.




Weh, sugoiii. Alat-alat di sini gede-gede dan banyak! Canggih pula! Mon maap ye, di Magelang ga ada kek begituan, hehe. Sayang seribu sayang, kami ga diperbolehkan membawa ponsel di area ini karena sangat rawan lah pokoknya. Yasud, nikmati saja dan rekam menggunakan mata masing-masing.

Setelah selesai dengan PT Pupuk Kaltim, kami langsung digiring kembali ke bus untuk menikmati perjalanan menuju PT Badak LNG. Pengolahan Sumber Daya Gas Alam di Indonesia baru ada dua gaes, di Arun LNG, Aceh dan Badak LNG, Bontang ini. Alhamdulillah bisa mengunjungi salah satunya.

Rombongan Jambore Generasi Hijau 2017 langsung disambut dengan hangat ketika memasuki kawasan PT Badak LNG. Kami langsung mendengarkan speaker dan hal yang kami tunggu-tunguu tiba! Yes, keliling kompleks! Tak jauh beda sama di PT Pupuk Kaltim tadi, kami dibagi menjadi tiga lagi. Namun kami langsung diberangkatkan bebarengan.


Wahh, kompleksnya ga kalah luas dibanding PT Pupuk Kaltim tadi.. ga kalah gede alat-alatnya. Ngeri deh, sumpah rumit banget. Mon maap, ga bisa ngefoto cz emang ga boleh bawa hp maupun kamera gaes. Demi keselamatan!

Jadi, kompleks ini kan letaknya di tepi laut gitu. Nah di ujung-ujung dah banyak kapal yang stand by buat ngangkut hasil sumber daya gas alam itu. Bahan-bahan itu kebanyakan dibawa ke Surabaya untuk diolah lagi atau ada juga yang langsung diekspor! Mantap banget lah gaes.

Selesai berkeliling, kami berfoto bersama. Ini wajib gaes. Oh iya, kami dapet topi dari PT Badak LNG. Take me back there, again hufty.


Selesai menambah pengalaman dari kedua perusahaan itu, kami langsung menuju ke
Hotel dan membersihkan diri. Pukul 16.30-17.30 ada talkshow dari Zetizen Jawa Post tentang sosial media. Setelah itu makan dan ishoma.

Sehabis isya kami mulai lagi talkshow dengan Tim Anderson, dari kedutaan New Zealand. Mantap kan gaes. Di sini kami diajari kebudayaan suku Maori, asli dari Selandia Baru. Kece gils.


Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 22.00, kami masih melanjutkan latihan untul Cultural Performance besok. Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara kembali mendiami markas dan mulai berlatih lagi. Regional Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi & Indonesia bagian Timur pun ga mau kalah. Memang ga kenal lelah, dasar!

Bersambung
.
.
.
Thanks to




Thursday, 8 February 2018

Get Lost in Borneo Part 6 - Jambore Generasi Hijau Nasional 2017

Selasa, 22 Agustus 2017

Pagi-pagi selepas shalat subuh kami melakukan senam "go green" bersama. Seperti biasanya, ketika peserta JGHN 2017 lain sarapan, gue mandi pagi terlebih dahulu.

Setelah semuanya siap, kami masuk ke bus untuk menuju ke Bontang Kuala.




Di sana kami disambut oleh warga asli Bontang Kuala dengan tarian. Melebur dalam tarian selamat datang khas Bontang Kuala. Hari ini adalah perayaan ulang tahun Green Generation ke 8. Kami berjoged ria bersama musik dangdut.


Itin, Hoki, Icad, n Ipul kabur curi start buat keliling Bontang Kuala. Sementara peserta lain mendengarkan sambutan dari Pemerintah Kota Bontang. Dasar anak nackal :v

Di sini gue dapet kenalan baru, yaitu dedek-dedek emesh. Mereka lucu banget asli.


Oiya, Hoki, Itin dkk kembali saat acara makan bersama :) Pas banget gitu momen-nya. Kami disuguhi gami bawis. Gami bawis adalah makanan khas Bontang Kuala yang terbuat dari ikan segar. Mereka baru saja ditangkap menggunakan jaring oleh nelayan Bontang Kuala lalu ikan-ikan dimasak oleh ibu-ibu.


Fyi Kelurahan Bontang Kuala ini terletak di atas lautan lepas. Seluruh jalan terbuat dari kayu ulin yang sangat kuat andalan Borneo Tropical Rainforest.





Seusai makan kami diajari membuat terasi dan mengelilingi Bontang Kuala. Sungguh unik tempat ini.



Lalu kami berhenti sejenak di tourist center. Di sana kami dikenalkan pada produk unggulan Bontang Kuala yaitu ikan kering, kerupuk ikan, dan sirup mangrove. Whatttt? Sungguh kreatif!


Cara membuat sirup adalah dengan merebus buah mangrove. Rasanya mungkin aneh pada saat kita meminumnya. Selama ini buah tersebut dibuang dan tumbuh liar di tepi pantai. Sirup ini kaya akan vitamin C.Dzuhur telah tiba, kami shalat berjamaah di masjid apung. Di masjid ada ornamen khas Suku Dayak. Lalu kami kembali ke Hotel Oak Tree Bontang.



Sesampai di sana kami istrahat sebentar dan membahas proyek daerah. Proyek daerah Jabalanus (Jawa Bali Nusa Tenggara) yaitu WWM (Water Wise Movement). Pokoknya tentang pengolahan air gitu.

Sore itu kami mempresentasikan proyek WWM yang sudah disusun. Sore itu juga akan dipilih proyek yang akan dijadikan proyek nasional. Proyek Sulintim (Sulawesi dan Indonesia Timur) menjadi proyek yang terpilih. Waw selamat yaaa Sulintim! Mereka sangat gamblang dalam mempresentasikan proyek daur ulang sampah itu.

Malamnya diadakan perayaan 8th Green Generation di Hall Hotel Oak Tree Bontang. Acara ini mengundang tokoh-tokoh inspiratif. Di akhir acara kami berjoged ria dan berfoto bersama. Sungguh moment yang akan selalu terkenang sepanjang masa.





Kontingen Jateng n DIY nih


Nah ini dia radar kelompok 8 qwqwqw.

Bersambung....
.
.
.
Big thanks to: