18 Agustus 2017
Pukul 04.00 WITA aku dah mandi pagi. Sehabis subuh ngorder gojek buat nganterin ke Terminal Batu Ampar, Balikpapan. Waktu mau pergi, Hoki dan Faisal masih tertidur pulas. Yaudah ku cabut aja dah.
Sampai juga bapak gojek di depan rumah Nabila di Jl. Ruhui Rahayu II. Dia keheranan, baru pertama kali ini dia njemput pelanggan sepagi ini. Kami chit-chat selama 7 km. Saat itu juga gerimis, wah niat banget ya aku perginya.
Sesampainya di Terminal Batu Ampar, gue nunggu bus Balikpapan-Samarinda. Sudah lumayan banyak orang yang menunggu di terminal.
Tiga puluh menit kemudian bus ekonomi AC bergerak meninggalkan Terminal Batu Ampar. Diriku sudah ga sabar ingin melihat ibukota Kalimantan Timur, yupss Samarinda. Lalu aku ngabari Mas Bram yang di Samarinda kalau hari ini aku jadi ke sana. Dia welcome banget.
Waktu menunjukkan pukul 06.00 WITA. Tiba-tiba busnya berhenti di rumah makan, belum jauh dari terminal tadi. Rupanya si sopir sarapan dulu hehe. Yaudah aku ikut turun buat beli sarapan. Karena lagi ngirit banget nih ceritanya, sarapan cuma pake gorengan pisang n tahu doang. Di sini memang agak mahal. Harga gorengan satunya Rp2000,-. Aku beli dua wqwqw.
Tiga puluh menit kemudian bus melaju, namun tak lama kemudian berhenti lagi. Rupanya harus ekstra sabar karena kali ini berhentinya agak lama. Sopir menelpon seseorang namun aku, ga tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Ternyata, si kenek ga bisa hadir, dia lagi berhalangan, sehingga ga bisa nemenin si sopir untuk narik ke Samarinda. Akhirnya penumpang pun disuruh turun buat pindah ke bus belakangnya. Untung gratis sih perjalanan barusan. Kita baru melesat sekitar 3 km aja.
Tak lama kemudian, bus yang dimaksud datang. Horeeee! Bus patas Borneo Indah. Warnanya kuning menyala. Ku langsung bersemangat kembali. Bus ini nyaman dan melaju dengan kecepatan tinggi. Sepanjang perjalanan penumpang disuguhi lagu-lagu NDX A.K.A. Lagunya emang asik-asik dan lucu bahasanya campur-campur qwqw. Gara-gara ini aku jadi download lagu-lagunya. Oiya tarif bus Balikpapan-Samarinda AC sekitar Rp38.000,-.
Tujuanku kali ini ke Terminal Lempake, Samarinda Utara, namun bus ini hanya sampai Terminal Sei Kunjang, Samarinda. Yaudah aku harus nyambung angkutan. Sepanjang perjalanan, aku sangattt menikmati pemandangan di luar kaca. Kita melewati Kutai Kartanegara. Masih banyak sekali rumah-rumah panggung dan hutan. Waaaah akhirnya aku bias melihat Sungai Mahakam secara langsung juga ketika memasuki wilayah Samarinda.
Pukul 09.00 WITA aku sudah sampai di Terminal Sei Kunjang. Bingung nih naik apa. Gue tanya-tanya sama ibu di terminal. Ternyata, harus naik taksi oranye untuk ke Lempake.
Tau ga guys, orang-orang Samarinda biasanya menyebut angkot itu taksi. Entah mengapa wqwq. Aku mengamati lingkungan sekitar dan ga nemuin taksi oranye. Jadi aku disaranin naik, taksi hijau ke Mall Lembuswana sama ibu-ibu, setelah itu disuruh nyambung taksi coklat buat ke Lempake yang, jaraknya sekitar 10km lagi dari Terminal Sei Kunjang. Sama Mas Bram aku disaranin naik gojek lagi, namun kalkulasi eror di area ini. Jadi aku mantap naik taksi hijau.
Aku tanya sama supir taksi hijau, "Pak, ini sampe Mall Lembuswana bisa ga?" "Iyaa, naik aja." Penumpang udah lumayan banyak, taksi ini pun berjalan. Satu persatu penumpang turun, sekarang tinggal aku sendiri di sini. Aku disuruh turun juga di Mall Mesra Indah. Yaudah nurut aja, soalnya takut juga sama raut muka nih sopir, bawanya marah-marah.
Di depan Mall Mesra Indah aku pesen gojek, namun ternyata ga bisa dijemput di depan mall karena ternyata ada konflik antara supir taksi dan gojek. Jadi aku harus berjalan sekitar 300 meter ke belakang mall untuk sampai di tempat bapak gojek nunggu. Menurutku, gojek tu emang diperluin terutama buat yang seneng traveling, karena dalam waktu yang terbatas, aku harus mengunjungi banyak objek.
Bapak gojeknya sangat ramah. Di perjalanan aku bener-bener menikmati pesona ibukota Kaltim ini walaupun ga sebersih Balikpapan.
Sampai juga di Terminal Lempake, Samarinda. Setelah menunggu sekitar 30 menit, Mas Bram datang menjemput dengan mobil. Horee, perjalanan baru dimulai!
Objek yang pertama dituju adalah Kampung Adat Dayak Pampang. Sumpah udah ga sabar pengen sampe saja aja. Ini tujuan utamaku ke Kaltim selain untuk mengikuti Jambore Generasi Hijau Nasional 2017. Dengan mengendarai mobil, kami blusukan ke Kampung Adat.
Akhirnya sampai di gerbang masuk Kampung Adat Dayak Pampang. Betapa bahagianya karena sebentar lagi bisa melihat orang Dayak asli secara langsung. Sudah dari SMP aku ngebet ke sini. Jalan yang dilalui sebenarnya sudah lumayan bagus dan mudah diakses. Sepanjang perjalanan, aku banyak tahu tentang Kalimantan dan segala keunikannya.
Tadaaa, sampailah di Lamin Adat Pemung Tawai. Lamin besar ini sudah berdiri sekitar 50 tahun. Orang-orang Dayak ini termasuk ke Dayak Apokayan yang merupakan pendatang dari perbatasan dengan Malaysia Timur.
Foto dulu nih di depan Lamin Adat. Kece banget! Akhirnyaaa sampai juga ya di sini :3 sumpah terharu aku. Dengan kenekad-anku, sampailah juga ini. Anjing-anjing piaraan warga juga dibiarkan di sini. Mereka ga dikandang gaes.
Setelah itu aku mengamati ornamen-ornamen. Oiya untuk masuk ke Lamin Adat ini tiap pengunjung hanya, dikenai tarif Rp5.000,- aja. Di sini bisa melihat apapun yang khas dengan Suku Dayak. Mayoritas penduduk di sini adalah beragaman Kristen Protestan. Bangku-bangku di rumah adat ini sebagian berasal dari GKI Pampang. Orang-orang di sini masih mempertahankan tarian dan lagu ala Kalimantan.
Di sini gue bertemu dengan anak-anak Dayak. Aku sharing-sharing dan berfoto dengan mereka. Selain itu gue juga bertemu dengan nenek bertelinga panjang. Wihh mantap banget, ga sia-sia aku nyekip karena di sini gue jadi lebih open-minded. Aku dibeliin gelang khas Dayak dari manik-manik.
Jadi, pekerjaan orang-orang Pampang ini mayoritas pembuat kerajinan, petani, dan penjual kayu. Orang yang tinggal di sini ga hanya berasal dari Suku Dayak, namun ada juga Jawa. Dan Bugis. Toleransi dan kerja sama sangat ditegakkan.
Setelah puas di Desa Pampang, gue ditraktir Coto Makassar di Rumah Makan Marannu. Tempatnya minimalis elegan gitu. Ini kali pertamanya gue makan Coto Makassar. Enak dah serius, biasanya disantap dengan tambahan ketupat.
Setelah kenyang, kami keliling Masjid Islamic Center Samarinda. Masjid ini sangat cantik dan luas. Ini merupakan masjid terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal di Jakarta. Masjid ini berada tepat di pinggir sungai Mahakam.
Percaya ga percaya, ada mitos tentang Sungai Mahakam. Barang siapa meminum airnya, maka cepat atau lambat, disengaja atau tidak, maka ia akan kembali ke Samarinda lagi. Aku sih ga percaya mitos, tapi kemungkinan kalo makan di restoran di Samarinda kayak Marannu, berarti aku udah minum air Sungai Mahakam hahahaha.. karena sumber air di Samarinda ini dari Sungai Mahakam. Bakal balik ke Samarinda lagi ga nih?
Pukul 15.00 WITA aku balik ke Balikpapan menggunakan bus. Aduh gue lupa! Tadi kok gak naik ke atas menara Islamic Center Samarinda buat melihat keindahan Kota Samarinda yang dari atas sana. Gue juga belum melihat ikan pesut di Sungai Mahakam. Sungai ini merupakan sungai terluas di Indonesia. Banyak orang menjadikannya sebagai sarana transportasi.
Di bus tujuan Samarinda-Balikpapan, aku terus melihat foto-foto di kamera. Alhamdulillah. Gue sangat senang terutama hari ini.
Kenek bus Samarinda-Balikpapan kali iniini masih anak-anak. Gue chit-chat dengan dia. Umurnya masih 16 tahun. Perawakannya kecil. Setelah bercerita agak lama, dia jadi sangat tertarik dengan Jawa. Dia sangat ingin ke Jawa. Dan yang gue sesalkan, dia minta kontak namun gue lupa memberi kontak hingga kami sampai di Terminal Batu Ampar, Balikpapan. Padahal gue masih penasaran.
Gue naik gojek dari Batu Ampar ke Ruhui Rahayu (Rumah Nabila). Alhamdulillah sampai di tujuan sebelum petang. Hoki dan Faisal telah menunggu di rumah. Mereka sebenarnya pengen ikut ke Samarinda, tapi mereka harus ke bandara menjemput anak-anak JGHN 2017 yang datang H-1. Yaudah deh gue tadi berangkat ke Samarinda sendiri hehehe.
Malam itu Delegasi Sumsel dan NTB ikut menginap di rumah Nabila. Kami main kartu sambil makan pempek, permen susu kerbau, dan terang bulan. Mantap dahhhh. Capek banget sih tapi aku seneng banget hari ini. Semoga tahun depan bisa ke sini lagi, ke Desa Pampang, naik Menara Islamic Center Samarinda, dan naik perahu di Sungai Mahakam.
Bersambung....
.
.
.
Pukul 04.00 WITA aku dah mandi pagi. Sehabis subuh ngorder gojek buat nganterin ke Terminal Batu Ampar, Balikpapan. Waktu mau pergi, Hoki dan Faisal masih tertidur pulas. Yaudah ku cabut aja dah.
Sampai juga bapak gojek di depan rumah Nabila di Jl. Ruhui Rahayu II. Dia keheranan, baru pertama kali ini dia njemput pelanggan sepagi ini. Kami chit-chat selama 7 km. Saat itu juga gerimis, wah niat banget ya aku perginya.
Sesampainya di Terminal Batu Ampar, gue nunggu bus Balikpapan-Samarinda. Sudah lumayan banyak orang yang menunggu di terminal.
Tiga puluh menit kemudian bus ekonomi AC bergerak meninggalkan Terminal Batu Ampar. Diriku sudah ga sabar ingin melihat ibukota Kalimantan Timur, yupss Samarinda. Lalu aku ngabari Mas Bram yang di Samarinda kalau hari ini aku jadi ke sana. Dia welcome banget.
Waktu menunjukkan pukul 06.00 WITA. Tiba-tiba busnya berhenti di rumah makan, belum jauh dari terminal tadi. Rupanya si sopir sarapan dulu hehe. Yaudah aku ikut turun buat beli sarapan. Karena lagi ngirit banget nih ceritanya, sarapan cuma pake gorengan pisang n tahu doang. Di sini memang agak mahal. Harga gorengan satunya Rp2000,-. Aku beli dua wqwqw.
Tiga puluh menit kemudian bus melaju, namun tak lama kemudian berhenti lagi. Rupanya harus ekstra sabar karena kali ini berhentinya agak lama. Sopir menelpon seseorang namun aku, ga tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Ternyata, si kenek ga bisa hadir, dia lagi berhalangan, sehingga ga bisa nemenin si sopir untuk narik ke Samarinda. Akhirnya penumpang pun disuruh turun buat pindah ke bus belakangnya. Untung gratis sih perjalanan barusan. Kita baru melesat sekitar 3 km aja.
Tujuanku kali ini ke Terminal Lempake, Samarinda Utara, namun bus ini hanya sampai Terminal Sei Kunjang, Samarinda. Yaudah aku harus nyambung angkutan. Sepanjang perjalanan, aku sangattt menikmati pemandangan di luar kaca. Kita melewati Kutai Kartanegara. Masih banyak sekali rumah-rumah panggung dan hutan. Waaaah akhirnya aku bias melihat Sungai Mahakam secara langsung juga ketika memasuki wilayah Samarinda.
Pukul 09.00 WITA aku sudah sampai di Terminal Sei Kunjang. Bingung nih naik apa. Gue tanya-tanya sama ibu di terminal. Ternyata, harus naik taksi oranye untuk ke Lempake.
Tau ga guys, orang-orang Samarinda biasanya menyebut angkot itu taksi. Entah mengapa wqwq. Aku mengamati lingkungan sekitar dan ga nemuin taksi oranye. Jadi aku disaranin naik, taksi hijau ke Mall Lembuswana sama ibu-ibu, setelah itu disuruh nyambung taksi coklat buat ke Lempake yang, jaraknya sekitar 10km lagi dari Terminal Sei Kunjang. Sama Mas Bram aku disaranin naik gojek lagi, namun kalkulasi eror di area ini. Jadi aku mantap naik taksi hijau.
Aku tanya sama supir taksi hijau, "Pak, ini sampe Mall Lembuswana bisa ga?" "Iyaa, naik aja." Penumpang udah lumayan banyak, taksi ini pun berjalan. Satu persatu penumpang turun, sekarang tinggal aku sendiri di sini. Aku disuruh turun juga di Mall Mesra Indah. Yaudah nurut aja, soalnya takut juga sama raut muka nih sopir, bawanya marah-marah.
Di depan Mall Mesra Indah aku pesen gojek, namun ternyata ga bisa dijemput di depan mall karena ternyata ada konflik antara supir taksi dan gojek. Jadi aku harus berjalan sekitar 300 meter ke belakang mall untuk sampai di tempat bapak gojek nunggu. Menurutku, gojek tu emang diperluin terutama buat yang seneng traveling, karena dalam waktu yang terbatas, aku harus mengunjungi banyak objek.
Bapak gojeknya sangat ramah. Di perjalanan aku bener-bener menikmati pesona ibukota Kaltim ini walaupun ga sebersih Balikpapan.
Sampai juga di Terminal Lempake, Samarinda. Setelah menunggu sekitar 30 menit, Mas Bram datang menjemput dengan mobil. Horee, perjalanan baru dimulai!
Objek yang pertama dituju adalah Kampung Adat Dayak Pampang. Sumpah udah ga sabar pengen sampe saja aja. Ini tujuan utamaku ke Kaltim selain untuk mengikuti Jambore Generasi Hijau Nasional 2017. Dengan mengendarai mobil, kami blusukan ke Kampung Adat.
Tadaaa, sampailah di Lamin Adat Pemung Tawai. Lamin besar ini sudah berdiri sekitar 50 tahun. Orang-orang Dayak ini termasuk ke Dayak Apokayan yang merupakan pendatang dari perbatasan dengan Malaysia Timur.
Setelah itu aku mengamati ornamen-ornamen. Oiya untuk masuk ke Lamin Adat ini tiap pengunjung hanya, dikenai tarif Rp5.000,- aja. Di sini bisa melihat apapun yang khas dengan Suku Dayak. Mayoritas penduduk di sini adalah beragaman Kristen Protestan. Bangku-bangku di rumah adat ini sebagian berasal dari GKI Pampang. Orang-orang di sini masih mempertahankan tarian dan lagu ala Kalimantan.
Di sini gue bertemu dengan anak-anak Dayak. Aku sharing-sharing dan berfoto dengan mereka. Selain itu gue juga bertemu dengan nenek bertelinga panjang. Wihh mantap banget, ga sia-sia aku nyekip karena di sini gue jadi lebih open-minded. Aku dibeliin gelang khas Dayak dari manik-manik.
Jadi, pekerjaan orang-orang Pampang ini mayoritas pembuat kerajinan, petani, dan penjual kayu. Orang yang tinggal di sini ga hanya berasal dari Suku Dayak, namun ada juga Jawa. Dan Bugis. Toleransi dan kerja sama sangat ditegakkan.
Setelah puas di Desa Pampang, gue ditraktir Coto Makassar di Rumah Makan Marannu. Tempatnya minimalis elegan gitu. Ini kali pertamanya gue makan Coto Makassar. Enak dah serius, biasanya disantap dengan tambahan ketupat.
Percaya ga percaya, ada mitos tentang Sungai Mahakam. Barang siapa meminum airnya, maka cepat atau lambat, disengaja atau tidak, maka ia akan kembali ke Samarinda lagi. Aku sih ga percaya mitos, tapi kemungkinan kalo makan di restoran di Samarinda kayak Marannu, berarti aku udah minum air Sungai Mahakam hahahaha.. karena sumber air di Samarinda ini dari Sungai Mahakam. Bakal balik ke Samarinda lagi ga nih?
Pukul 15.00 WITA aku balik ke Balikpapan menggunakan bus. Aduh gue lupa! Tadi kok gak naik ke atas menara Islamic Center Samarinda buat melihat keindahan Kota Samarinda yang dari atas sana. Gue juga belum melihat ikan pesut di Sungai Mahakam. Sungai ini merupakan sungai terluas di Indonesia. Banyak orang menjadikannya sebagai sarana transportasi.
Di bus tujuan Samarinda-Balikpapan, aku terus melihat foto-foto di kamera. Alhamdulillah. Gue sangat senang terutama hari ini.
Kenek bus Samarinda-Balikpapan kali iniini masih anak-anak. Gue chit-chat dengan dia. Umurnya masih 16 tahun. Perawakannya kecil. Setelah bercerita agak lama, dia jadi sangat tertarik dengan Jawa. Dia sangat ingin ke Jawa. Dan yang gue sesalkan, dia minta kontak namun gue lupa memberi kontak hingga kami sampai di Terminal Batu Ampar, Balikpapan. Padahal gue masih penasaran.
Gue naik gojek dari Batu Ampar ke Ruhui Rahayu (Rumah Nabila). Alhamdulillah sampai di tujuan sebelum petang. Hoki dan Faisal telah menunggu di rumah. Mereka sebenarnya pengen ikut ke Samarinda, tapi mereka harus ke bandara menjemput anak-anak JGHN 2017 yang datang H-1. Yaudah deh gue tadi berangkat ke Samarinda sendiri hehehe.
Malam itu Delegasi Sumsel dan NTB ikut menginap di rumah Nabila. Kami main kartu sambil makan pempek, permen susu kerbau, dan terang bulan. Mantap dahhhh. Capek banget sih tapi aku seneng banget hari ini. Semoga tahun depan bisa ke sini lagi, ke Desa Pampang, naik Menara Islamic Center Samarinda, dan naik perahu di Sungai Mahakam.
Bersambung....
.
.
.
Big thanks to:
No comments:
Post a Comment